Pages

Labels

Hakk�mda

asep saeful millah
Lihat profil lengkapku

Sabtu, 29 Juni 2013

CUACA BURUK DAMPAK GANGGUAN SIKLON TROPIS


CUACA buruk berupa hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi yang melanda sebagian besar wilayah di tanah air akhir-akhir ini harus diwaspadai oleh seluruh lapisan masyarakat. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa gangguan sistem cuaca di atmosfir kita akhir-akhir ini disebabkan oleh gangguan tropis dampak menghangatnya suhu muka laut perairan Indonesia, disamping faktor La Nina yang masih berlangsung hingga saat ini.
Cuaca Buruk
Kondisi suhu muka laut yang menghangat yang berbarengan dengan pemanasan intensif oleh Matahari di belahan bumi selatan jika berkembang terus akan menyebabkan berkembangnya pusat-pusat tekanan rendah di kawasan selatan Indonesia. Massa udara dari subtropis yang bertekanan tinggi akan mengalir masuk ke wilayah tropis. Terbentuknya pusat-pusat tekanan rendah ini selain meningkatkan pasokan hujan di kawasan selatan Indonesia juga membawa pengaruh terjadinya cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang laut tinggi.
Akumulasi energi di atas normal di atmosfer dapat mengubah pola tekanan rendah berkembang menjadi badai tropis di perairan selatan Jawa mengakibatkan labilitas kondisi atmosfir hingga terjadinya cuaca buruk yang melanda di berbagai daerah. Munculnya aktivitas badai tropis Vince di Samudera Hindia sejak tanggal 12 Januari 2011 telah terbukti mengacaukan sistem cuaca di atmosfir kita.
Potensi imbas badai tropis Vince terhadap Jawa dan Bali adalah terjadinya cuaca buruk. Dampak badai tropis menjadi kian besar karena kibasan “ekor badai” yang cenderung akan lebih panjang sebagai dampak pemanasan global yang terjadi beberapa dekade terakhir. Hingga saat ini masih berlangsung gangguan tropis berupa pusat tekanan rendah (997 mb) di selatan Jawa pada koordinat 15.0 Lintang Selatan dan 110.0 Bujur Timur. Dampak gangguan tropis, hingga kini di hampir seluruh daerah di Jawa dan Bali masih dilanda hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi.
Berdasarkan prakiraan BMKG tanggal 18 Januari 2011 menunjukkan tinggi gelombang laut di perairan selatan Jawa hingga selatan Bali masih berkisar antara 3.0-4.0 meter, sementara di perairan Laut Jawa hingga Laut Bali tinggi gelombang laut berkisar antara 2.0-3.0 meter. Gelombang laut tinggi ini cukup membahayakan aktivitas pelayaran. Dampak cuaca buruk ini telah menyebabkan para nelayan berhenti melaut karena tingginya gelombang di Laut Jawa dan Samudera Hindia.
Cuaca akhir-akhir ini cenderung mudah berubah dengan cepat, maka dihimbau kepada para nelayan maupun armada pelayaran antar pulau harus meningkatkan kewaspadaan. Bagi armada pelayaran, selain waspada juga harus menyediakan perlengkapan keselamatan pelayaran serta mengaktifkan sarana komunikasi untuk memudahkan koordinasi jika terjadi kondisi darurat.
Bahaya Banjir Lahar
Salah satu dampak dari meningkatnya curah hujan di kawasan selatan Indonesia adalah ancaman banjir lahar Merapi. Beberapa hari terakhir banjir lahar kembali menerjang sejumlah wilayah di Muntilan, Kabupaten Magelang. Ancaman banjir lahar harus tetap diwaspadai, mengingat curah hujan tinggi masih berpeluang terjadi selama periode puncak musim hujan saat ini. Untuk itu, khususnya masyarakat yang bermukim di sekitar Gunung Merapi perlu memahami karakteristik bahaya banjir lahar yang bersifat merusak.
Ada beberapa bahaya yang ditimbulkan sebagai dampak banjir lahar yang memiliki sifat merusak. Karakteristik aliran lahar yang melaju cepat dengan tenaga besar ini disebabkan karena Merapi merupakan strato volcano yang memiliki lereng sangat curam. Kombinasi aliran material vulkanik seperti abu gunungapi, kerikil, kerakal, bongkahan batu dengan lereng curam menjadikan aliran banjir lahar juga dikontrol oleh percepatan gaya gravitasi bumi.
Ancaman sekunder lahar Merapi memiliki daya rusak tinggi. Bongkahan batu-batu besar bisa terangkut aliran karena aliran lahar memiliki berat jenis yang sama besar dengan bongkahan batu yang diangkutnya. Fenomena batu-batu besar yang terbawa aliran banjir lahar ini dapat disaksikan di sepanjang kawasan banjir lahar Kali Putih, Muntilan.
Terangkutnya bongkahan batu oleh aliran lahar ini tentu saja sangat mengancam keberadaan dam dan sabo penahan banjir. Seperti halnya dua Dam Kali Apu di Kecamatan Selo yang kini sudah jebol diterjang banjir lahar, pada hari Minggu (9/1) petang.
Banjir lahar juga memicu tingginya bahaya erosi di sepanjang bantaran sungai yang dilalui banjir lahar. Meningkatnya erosi akibat banjir lahar dapat dijelaskan dengan mudah, dimana derajat kemiringan lereng pegunungan sangat mempengaruhi tegangan permukaan. Akibat kecepatan aliran permukaan yang meningkat ini maka kapasitas daya rusak banjir lahar akan menjadi semakin besar.
Energi yang timbul akibat aliran permukaan akan berubah menurut kuadrat kecepatan nya. Kapasitas pengangkutan butiran material vulkanik akan berubah dengan pangkat 5 dalam waktu dalam satu satuan dimensi. Dengan kata lain jika kecepatan aliran pemukaan menjadi 2 kali lipat, maka jumlah butiran material yang terangkut menjadi 32 kali lebih banyak.
Pada kemiringan lereng curam, mengalirnya banjir lahar ke arah dataran kaki gunung berlangsung sangat cepat. Daya kikis atau daya tumbuk arus banjir lahar terhadap tepi sungai akan semakin kuat sehingga bagian-bagian tanah pada bantaran sungai mengalami cerai berai dan terangkut aliran lahar.
Semakin besar kemiringan lereng maka akan semakin besar bantaran sungai mengalami pengikisan dan erosi. Dampaknya, pada setiap peristiwa banjir lahar ada kecenderungan tepi sungai manjadi semakin lebar, sehingga berdampak kepada rusaknya infrastruktur seperti bangunan rumah di bantaran sungai, selain itu jembatan dapat jebol akibat pondasi jembatan tergerus material lahar.
Sebagai upaya mitigasi bencana banjir lahar sederhana, kepada seluruh warga yang bermukim di bantaran sungai yang berhulu di puncak Merapi dihimbau untuk menjauhi bantaran sungai yang berhulu di puncak merapi saat terjadi hujan deras.***
referensi :Daryono SSi MSi, mahasiswa S3 Ilmu Geografi UGM, peneliti pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)


0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About